Sunday, 25 December 2011

Perempuan Tua Di Tangga Batu

Pandangan matanya bersambungan

membilang jejak-jejak lalulalang
silih berganti
wajah-wajah tanpa biodata ditatap jujur
satu persatu dengan penuh sayu
hatinya mendayu pilu
antara tuah dan malang
memungkinkan diri di dalam rahmatNya

Perempuan Tua Di Tangga Batu


Di tangannya berkedut kering

memegang bejana kosong serta secangkir doa
dalam hati tersimpan sebongkah pasrah
agar ada dentingan syiling memecah gusar
yang saban waktu membilang harap
tanpa seteguk air
tanpa sebutir nasi di kerongkongan
hanya berbekal sepasang kurung lusuh
dan batik tampal sumbangan ihsan
dalam rinai mata yang mendongak
agar ada setitis sirna mewajah dukanya

Perempuan Tua Di Tangga Batu


Di mindanya penuh angan

mencari ke mana perginya putera dan puteri
yang dikandung selama sembilan bulan
yang berpantang empat puluh hari
yang menyusu sehingga kontang air di dada
yang bersengkang mata menampar unggas dan nyamuk
yang saban hari bersiram kencing dan najis
yang setia mendodoi di buaian
kemanakah mereka?

"Wahai cahaya mataku,muncullah sayang menyambut rinduku

apakah dosaku sehingga tergamak dikau membiarkan ibumu bermalam berbumbungkan langit dan berlantaikan embun"

Perempuan Tua Di Tangga Batu


Merenung jauh nasib diri

apakah masih punya waktu
untuknya mengucup setiap dahi mulus anaknya
atau siapakah yang akan mengusung
sekujur jasad kakunya ke pusara
sepi tanpa nisan.

Tengku Raknemas

24/12/2011

No comments:

Post a Comment