Perempuan Tua Di Tangga Batu
Pandangan matanya bersambungan
membilang jejak-jejak lalulalang
silih berganti
wajah-wajah tanpa biodata ditatap jujur
satu persatu dengan penuh sayu
hatinya mendayu pilu
antara tuah dan malang
memungkinkan diri di dalam rahmatNya
Perempuan Tua Di Tangga Batu
Di tangannya berkedut kering
memegang bejana kosong serta secangkir doa
dalam hati tersimpan sebongkah pasrah
agar ada dentingan syiling memecah gusar
yang saban waktu membilang harap
tanpa seteguk air
tanpa sebutir nasi di kerongkongan
hanya berbekal sepasang kurung lusuh
dan batik tampal sumbangan ihsan
dalam rinai mata yang mendongak
agar ada setitis sirna mewajah dukanya
Perempuan Tua Di Tangga Batu
Di mindanya penuh angan
mencari ke mana perginya putera dan puteri
yang dikandung selama sembilan bulan
yang berpantang empat puluh hari
yang menyusu sehingga kontang air di dada
yang bersengkang mata menampar unggas dan nyamuk
yang saban hari bersiram kencing dan najis
yang setia mendodoi di buaian
kemanakah mereka?
"Wahai cahaya mataku,muncullah sayang menyambut rinduku
apakah dosaku sehingga tergamak dikau membiarkan ibumu bermalam berbumbungkan langit dan berlantaikan embun"
Perempuan Tua Di Tangga Batu
Merenung jauh nasib diri
apakah masih punya waktu
untuknya mengucup setiap dahi mulus anaknya
atau siapakah yang akan mengusung
sekujur jasad kakunya ke pusara
sepi tanpa nisan.
Tengku Raknemas
24/12/2011
No comments:
Post a Comment