♥ KETABAHAN SEORANG ISTERI ♥
Beberapa bulan yang lalu, teman baik saya (dia tidak bekerja dan punya
dua orang anak laki-laki yang masih di universiti dan sekolah menengah)
kehilangan suaminya yang meninggal kerana infeksi jantung.
Yang
membuat saya sangat terkesan pada teman tersebut adalah ketabahan dan
ketawakalannya ketika menghadapi musibah tersebut, yang mungkin bagi
sebagian orang terutama wanita (yang kebetulan tidak bekerja dan bahkan
anaknya masih banyak membutuhkan biaya pembelajaran) yang ketika
menghadapi peristiwa serupa akan merasa bahawa langit serasa runtuh,
bumi serasa hancur dan harapan ke depan bagaikan berjalan pada jalan
yang buntu.
Akan tetapi, teman saya sama sekali tidak
menampakkan kesedihan yang berlebihan.. apalagi pengsan (sehingga saya
berfikir "seandainya hal serupa terjadi pada saya, apa saya mampu
seperti itu?").
Ketika dia diberitahu oleh jururawat dan doktor
bahawa suaminya telah tiada, dia tidak menjerit atau meraung histeria
atau pengsan...tetapi dia katakan "Innalillahi wa inna ilaihi
roji'un...kepastian dari Allah telah datang dan Allah lebih mencintainya
daripada saya mencintainya".
Kemudian dia masuk ke ruangan
tempat suaminya terbaring dan mencium kening suami seraya mengatakan
"mudah-mudahan Allah menempatkan abah (panggilan pada suaminya) dalam
tempat yang sebaiknya...tugas abah telah selesai, tinggal saya yang
harus melanjutkannya...dan saya yakin bahawa Allah juga akan memberikan
jalan yang terbaik pula dengan peristiwa ini. Selamat jalan dan
berehatlah dengan tenang"
Doktor dan jururawat yang melihat
keadaan tersebut tercengang sambil mengatakan "selama bertahun-tahun
saya bertugas baru kali ini saya menemui ibu yang begitu tabahnya
menghadapi kematian suaminya. Seumumnya yang saya temui seorang wanita
akan pengsan atau menjerit histeria mendengar berita yang sama"
Tidak hanya doktor atau jururawat yang begitu tertegun, sebagai
temannya justeru saya yang menangis melihat keadaan seperti itu...
melihat dia dengan tabahnya mencium kening suaminya dengan tanpa airmata
dan menemui serta menyambut ucapan takziah para kerabat, kawan, jiran
dengan senyum (walau raut wajahnya menampakkan sedih yang mendalam)
bahkan mampu bercerita dengan tenang tanpa airmata.
MasyaAllah....(Akankah kita mampu seperti itu?)
Ketika saya tanyakan kepadanya "Bagaimana dia mampu seperti itu?"
Jawabannya adalah "semua yang terjadi adalah suatu kepastian dari
Allah, yang semua manusia akan sampai kepada waktu tersebut. Sehingga
apapun yang telah ditentukan oleh Allah SWT, pasti Allah SWT punya
rancangan pasti pula bagi saya dan anak-anak untuk maju berderap ke
depan. Saya juga yakin bahawa suami saya meninggal dalam keadaan
struktural dan selalu mengarahkan "anak panah"nya untuk tunduk patuh
dengan ajaran Allah yakni Al-Quran. Lalu apa yang harus saya risaukan?
Andaikata saya...berteriak, meraung, meratapi kepergiannya, apatah juga
dia kembali? Raungan, teriakan, ratapan hanya akan membuat langkah suami
saya ke kedamaian terhalang dan membuat saya sendiri makin tenggelam ke
perut bumi....dan akal fikiran sihat saya sebagai manusia akan mati
pula mengikuti jasad suami... Yang jelas, tugas suami saya telah
berakhir dan telah diminta berehat oleh Allah. Tinggal kita sekarang
yang masih harus berjalan menapaki jalan kita yang kita tidak tahu
apakah akan berakhir dengan "khusnul khotimah" atau "syu'ul
khotimah"..."berehat dengan tenang" atau "terpaksa direhatkan"...
Saya merenungkan apa yang dia katakan...
Mampukah saya seperti dia yang dengan sangat yakin dengan kepastian dan ketentuan dari Allah Ta'ala ....
Ya, saya juga harus yakin!
Semoga Bermanfaat
No comments:
Post a Comment