Thursday, 6 October 2011

MURAQABAH (MERASAKAN KEHADIRAN ALLAH)

Saudara dan saudariku yang sentiasa dalam pengawasan Allah
Setiap kita orang Islam barulah dapat melaksanakan ajaran Agama dengan sebaik-baiknya jika kita dapat menanamkan kedalam hati kita sifat Muraqobah yakni sentiasa merasakan kehadiran Allah disisi kita dalam segala hal dan keadaan, baik dikala berada bersama orang ramai lebih lebih disaat kita bersendirian,jika kita memiliki sifat ini maka kita telah memiliki hakikat keimanan yang paling mantap.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersadba maksudnya :
Iman paling afdhal ialah apabila kamu mengetahui bahwa Allah
selalu menyertaimu di mana pun kamu berada. (HR Ath-Thobari)

Saudara dan saudariku yang dikasihi Allah
Berhubungan dengan perkara menghadirkan dan selalu merasakan Allah bersama kita banyak ayat-ayat Allah dalam Al-Qur'an yang menjelaskannya antara lain :

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang bermaksud :
Dia selalu bersama kalian di mana pun kalian berada (QS al-Hadid: 4)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang bermaksud
Sesungguhnya tidak ada sesuatupun yang tersembunyi di mata Allah,
baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi (QS Ali Imran: 6);

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang bermaksud
Allah mengetahui mata yang berkhianat [yang mencuri pandang terhadap apa saja yang diharamkan] dan apa saja yang tersembunyi di dalam dada (QS Ghafir: 19).

Sahabatku sekalian Sebagian besar ulama mengisyaratkan, ayat-ayat ini merupakan tadzkirah (peringatan) bahwa: Allah Maha Tahu atas dosa-dosa kecil, apalagi dosa-dosa besar; Allah Maha tahu atas apa saja yang tersembunyi di dalam dada-dada manusia, apalagi yang tampak secara terang-terangan.

Sahabatku sekalian di sini dapat kita ketahui pentingnya sifat Muraqabah (selalu merasa ada dalam pengawasan Allah) adalah salah satu maqam dari sikap ihsan,yang sentiasa menhadirkan dan merasakan keberadaan Allah bersamanya

Sebagaimana yang pernah diisyaratkan dan digambarkan oleh Malaikat Jibril as.
Di dalam hadits Rasulullah, saat kepada beliau ditanyakan oleh malaikat Jibril apa itu ihsan? nabi terdiam sejanak terus Malaikat Jibril as sendiri yang menjawab,
“Engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat Dia. Jika engkau tidak melihat Allah maka sesungguhnya Dia melihat engkau.” (HR Muslim).

Demikian pula sebagaimana yang dinyatakan dalam hadits penuturan Ubadah bin ash-Shamit, bahwa Baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pernah bersabda,
“Iman seseorang yang paling utama adalah dia menyadari bahwa Allah senantiasa ada bersama dirinya di manapun.” (HR al-Baihaqi, Syu’ab aI-Iman, I/470)
.
Dalam hadits lain Baginda Rasulullah bersabda,
“Bertakwalah engkau dalam segala keadaanmu!” (HR at-Tirmidzi,Ahmad & ad-Darimi).

Dalam Tuhfah al-Awadzi bi Syarh Jâmi’ at-Tirmidzi,
disebutkan bahwa dalam keadaan bagaimanapun maksudnya dalam keadaan lapang/sempit, senang/susah, ataupun riang-gembira/saat tertimpa bencana (Al-Mubarakfuri, VI/104).

Dalam keadaan bagaimanapun juga bermakna:
Di manapun berada, baik saat manusia melihat Anda ataupun saat mereka tak melihat Anda (Muhammad bin ‘Alan ash-Shiddiqi, Dalil al-Falihin, I/164).

Sahabatku sekalian,Terkait dengan sikap muraqabah atau ihsan ini, ada riwayat bahwa Umar bin al-Khaththab pernah menguji seorang anak gembala. Saat itu Umar membujuk sang gembala agar menjual domba gembalaannya seekor dari sekian ratus ekor domba yang dia gembalakan, tanpa harus melaporkannya ke majikannya,sebab sang majikan tak akan mengetahui karena banyaknya domba yang digembalakan.

Pengembala itu menjawaban dengan berkata. “Kalau begitu, di mana Allah?
Majikanku mungkin memang tak tahu. Namun, tentu Allah Maha Tahu dan Maha Melihat,” tegas sang gembala,Subhanallah jawaban yang sungguh mulia sebab dia selalu merasakan dirinya dalam pengawasan Allah

Sahabatku Jujur kita akui, sikap muraqabah (selalu merasa dalam pengawasan Allah) sebagaimana yang ditunjukkan oleh sang gembala dalam kisah di atas, makin jauh dari kehidupan banyak individu Muslim saat ini,betul atau tidak..?

Banyak Muslim yang berperilaku seolah-olah Allah tak pernah melihat dia.
Tidak ada lagi rasa takut saat bermaksiat. Tak ada lagi rasa khawatir saat melakukan dosa. Tak ada lagi rasa malu saat berbuat salah. Tak ada lagi rasa sungkan saat berbuat perkara-perkara yang haram . Setiap dosa, kemaksiatan keharaman dan kesalahan ‘mengalir’ begitu saja dilakukan seolah tanpa beban,walhal setiap tindakan sedikit dan banyaknya,besar dan kecilnya akan dipertanggung jawabkan.

Sahabatku,banyak Muslim saat ini yang tak lagi merasa risih saat korupsi (Rasuah), tak lagi ragu saat menipu, tak lagi merasa berat saat mengumbar aurat, tak lagi merasa berdosa saat berzina, tak lagi merasa malu saat selingkuh(curang), dll.

Semua itu terjadi akibat mereka gagal ‘menghadirkan’ Allah di sisinya dan melupakan pengawasan-Nya atas setiap gerak-gerik dirinya. Mengapa gagal? Karena banyak individu Muslim yang awas mata lahiriahnya, tetapi buta mata batiniahnya. Mereka hanya mampu melihat hal-hal yang terang-terangan, tetapi gagal ‘melihat’ hal-hal yang gaib: pengawasan Allah ; Hari Perhitungan, surga dan neraka, pahala dan siksa, dst. Yang bisa mereka lihat hanyalah kenikmatan dunia yang sedikit dan kesenangan sesaat.Tentu,kondisi ini harus diubah,agar seorang Muslim memiliki sikap muraqabah.

Adanya sikap muraqabah pada diri seorang Muslim paling tidak dicirikan oleh dua hal. Pertama: selalu berupaya menghisab diri, sebelum dirinya kelak dihisab oleh Allah.
Kedua: sungguh-sungguh beramal shalih sebagai bekal untuk kehidupan sesudah mati.

Dua hal inilah yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersadba:
“Orang cerdas adalah orang yang selalu menghisab dirinya dan beramal shalih untuk bekal kehidupan setelah mati. Orang lemah adalah orang yang selalu memperturutkan hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.”
(HR at-Tirmidzi, Ahmad, Ibn Majah dan al-Hakim).

Ketiga: meninggalkan hal-hal yang sia-sia,
sebagaimana Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersadba maksudnya:
“Di antara kebaikan keislaman seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tak berguna.” (HR at-Tirmidzi).

Sahabatku,ana Akhirkan peringatan ini buat diriku dan kepada saudaraku sekalian yang sudi kongsi mengingati perkara ini,marilah kita sama-sama selalu merasakan bahwa kita sentiasa dalam pengawasan Allah dimana sahaja kita berada dan dalam keadaan apapun,sehinggalah dengannya kita akan yang berbuat dan bertindak sesuai dengan apa yang disukai Allah dan terhindar dari perkara yang dilarangNya.

SELAMAT BERAMAL SEMOGA BERMANFAAT UNTUKKU DAN KALIAN SEMUA AAMIIN

No comments:

Post a Comment