oleh Abdullah Tahir 28hb September 2011; 9.36 pagi
siapakah yang peduli saat mega beralih arah
menukar warna menabur rintik gerimis
pada tanah yang gersang
tidak seulas senyumpun terkulum
pada seimbas wajah yang merah
sedang hatinya gundah mencipta angan
di situ pada sebuah lembah yang hijau
konon akan terbina sebuah pigura
menghimpun ribuan kebahagiaan yang tak terbilang
di sini ada yang menadah harap dengan kedua tangan
memohon restu bagi sebuah keyakinan
merubah haluan ke gerbang cita indah
bersama barisan anak-anak yang kehilangan arah
bersama mencari damai walau tangan dan kaki terikat
dengan rantai derita yang bernanah
redup dihiasi juraian airmata mengumpul duka
hanya mampu menyampai pesan
pada degup jantung yang sarat derita
siapa yang peduli saat mega beralih arah
meski pundak dan bahu memikul amanah
gerimis tetap jatuh di tanah gersang
tak akan merubah derainya pasir
selaut derita mengukir wajah
di pundak penjarah yang mewah
No comments:
Post a Comment