Menyembelih Binatang Dengan Niat Bukan Lillah
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
--------------------------------------------------------------------------------
Firman Allah Ta'ala (artinya):
"Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, penyembelihanku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah Tuhan Penguasa semesta alam, tiada sekutu
bagi-Nya; demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah
orang yang pertama berserah diri (kepada-Nya)." (Al-An'am: 162-163)
"Maka dirikanlah shalat untuk Tuhanmu dan sembelihlah kurban (untuk-Nya)." (Al-Kautsar: 2)
Ali Radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah menuturkan kepadaku empat kalimat:
"Allah melaknat orang yang menyembelih binatang dengan berniat bukan
Lillah, Allah melaknat orang yang melaknat kedua orang tuanya, Allah
melaknat orang yang melindungi seorang pelaku kejahatan, Allah melaknat
orang yang merubah tanda batas tanah." (H.R. Muslim)
Thariq
bin Syihab menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda: "Ada seseorang masuk surga karena seekor lalat, dan ada
seseorang masuk neraka karena seekor lalat pula." Para sahabat bertanya:
"Bagaimana hal itu, ya Rasulullah?" Beliau menjawab: "Ada dua orang
berjalan melewati suatu kaum yang mempunyai berhala, yang mana tidak
seorangpun melewati berhala itu sebelum mempersembahkan kepadanya suatu
kurban. Ketika itu, berkatalah mereka kepada salah seorang dari kedua
orang tersebut: "Persembahkan kurban kepadanya." Dia menjawab: "Aku
tidak mempunyai sesuatu yang dapat kupersembahkan kepadanya." Merekapun
berkata kepadanya lagi: "Persembahkan sekalipun seekor lalat." Lalu
orang itu mempersembahkan seekor lalat dan merekapun memperkenankan dia
untuk meneruskan perjalanannya, maka dia masuk neraka karenanya.
Kemudian berkatalah mereka kepada seorang yang lain: "Persembahkan
kurban kepadanya." Dia menjawab: "Aku tidak patut mempersembahkan
sesuatu kurban kepada selain Allah 'Azza wa Jalla." Kemudian mereka
memenggal lehernya. Karenanya, orang ini masuk surga." (H.R. Imam Ahmad)
Kandungan tulisan ini:
Tafsiran ayat dalam surah
Al-An'am. Ayat ini menunjukkan bahwa penyembelihan binatang untuk selain
Allah adalah syirik, sebagaimana shalat selain Allah.
Tafsiran ayat dalam surah Al-Kautsar. Ayat ini menunjukkan bahwa shalat
dan penyembelihan adalah ibadah yang harus diniati untuk Allah
semata-mata, dan penyelewengan niat ini dengan ditujukan untuk selain
Allah adalah syirik.
Dalam hadits tersebut di atas, pertama kali yang dilaknat adalah orang yang menyembelih binatang dengan niat bukan Lillah.
Dilaknat orang yang melaknat kedua orang tuanya; dan diantaranya adalah
dengan melaknat bapak ibu orang lain, lalu orang lain ini melaknat
bapak ibu orang tersebut.
Dilaknat orang yang melindungi
seorang pelaku kejahatan yaitu orang yang memberikan perlindungan kepada
seseorang yang melakukan tindak kejahatan yang wajib diterapkan
kepadanya hukum Allah.
Dilaknat pula orang yang merubah tanda
batas tanah, yaitu mengubah tanda yang membedakan antara hak milik
seseorang dengan hak milik tetangganya dengan digeser maju atau mundur.
Ada perbedaan melaknat orang tertentu dan melaknat orang yang berbuat maksiat secara umum.
Kisah seekor lalat tersebut merupakan kisah yang penting sekali.
Bahwa seorang yang masuk neraka itu disebabkan karena ia persembahkan
kurban lalat yang dia sendiri tidak sengaja berbuat demikian, akan
tetapi dia melakukan hal tersebut untuk melepaskan diri dari perlakuan
buruk para pemuja berhala itu.
Mengetahui kadar syirik dalam
hati orang yang beriman, bagaimana ketabahan hatinya dalam menghadapi
eksekusi hukuman mati dan penolakannya untuk memenuhi permintaan mereka,
padahal mereka tidak meminta kecuali amalan lahiriah saja.
Orang yang masuk neraka tersebut adalah seorang muslim sebab seandainya
dia orang kafir, Rasulullah tidak akan bersabda: "... masuk neraka
karena seekor lalat ..."
Hadits ini merupakan suatu bukti bagi
hadits shahih yang menyatakan: "Surga itu lebih dekat kepada seseorang
diantara kamu daripada tali sandalnya sendiri, dan neraka pun demikian
halnya."
Mengetahui bahwa amalan hati adalah tolok ukur yang penting, sampaipun bagi para pemuja berhala.
Dikutip dari buku: "Kitab Tauhid" karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Penerbit: Kantor Kerjasama Da'wah dan Bimbingan Islam, Riyadh 1418 H.
No comments:
Post a Comment