Nafas saya terasa dekat, namun kamu begitu jauh. Sepertinya malam kemarin, bintang masih terlihat oleh saya, meskipun jauh. Saya tahu kamu penggemar bintang, dan kini... kamu sedang melihat bintang.
Semoga secangkir kopi dapat menjadi teman akrab saya malam ini, mendengarkan pahitnya hati saya yang saya harap dapat seharum kemboja di laman. Menampung keluhan-keluhan saya, sampai saya menyerah dan terlelap dalam pelukan malam. Pahit, hitam... namun harum.
Saya saja yang belum menemukan harum itu. Seperti seorang kanak kanak yang pertama kali meneguk secangkir kopi, pahit dan hitam. Tapi semua orang mengaguminya, menjadikannya minuman berkelas di kedai-kedai para eksekutif.
Saya hanya belum menemukan harum itu. Seperti seorang kanak kanak yang pertama kali meneguk secangkir kopi, ia belum menemukan nikmatnya. Ia cuma hanya merasakan pahit dan hitam. Namun jika ia setia untuk meminum kopi itu, ia kelak akan menemukan keharuman. Ia akan menyedari nikmat yang selama ini orang kagumi.
Saya baru saja merasakan pahit dan hitam. Namun saya tahu, jika saya setia saya akan menemukan keharuman. Keharuman yang konon diagung-agungkan, keharuman yang konon begitu dalamnya. Keharuman yang menginspirasi berjuta manusia dan pujangga. Keharuman dari hidup. Keharuman rasa. Keharuman cinta.
~bintangKartika~
No comments:
Post a Comment